Bismillaah....
Dikalangan para ibu-ibu
tentu tau nya awal MPASI dikasih buah, semisal pepaya karna kuatir bayi
sembelit. Tapi ternyata... menurut data WHO engga loh, jangan pakai buah dulu,
masalah gula dan garam juga demikian. Sebenarnya saya tau juga sih kl WHO bilang
boleh aja kasih gula-garam, toh kadang aku kasih dikit ke menu anak ku sebelum
usia 1 tahun, malah kadang aku kasih es cream, hehe..
Pantas, saat usia
Raihana 6 bulan aku periksain ke DSA, karna kuatir HB nya rendah, soalnya waktu
hamil dia kan HB ku rendah, alhamdulillah hb nya masih normal, walau pas
banget, mentok. Bu Dsa bilang suruh kasih menu a, b, c wesss berat banget
menurut ku, karna setahuku kan engga gitu..
Oke aku tau tentang menu
awal MPASI bayi ini dari diskusi di grup Facebook, nama grup nya Curhat- Emak-emak.
Kan disitu ada dokter anak nya juga, buat para Ibu, Mama, Bunda dsj yuk dibaca
yah, ini panduan MPASI dari WHO. Panjang sih, tapi ini adalah investasi loh,
ilmuu.. aku copas dari bu dokter'
Investasi Pemberian Makan Bayi
Gambar 1: Efek pemberian makan bayi yang tidak
baik.
“Every infant and child has the right to good nutrition according
to the Convention on the Rights of the Child“
Banyak ibu kebingungan
ketika harus memilih makanan apa yang akan dia berikan dan cara memberi makan
bayi menjelang pemberian makan MPASI pada bayi yang telah eksklusif disusuinya
selama 6 bulan penuh. Wajar ketika para ibu melakukan pencarian informasi
MPASI, sebab makanan yang baik merupakan salah satu investasi bagi generasi
masa depan. Namun demikian sayang sekali banyak ibu yang salah pilih MPASI
sehingga mengakibatkan kerugian bagi anak-anaknya. Saya menulis ini tidak ada
kepentingan lain kecuali sebagai pembelaan dari seseorang yang jatuh cinta dan
tertarik pada ASI, proses menyusui dan pemberian makan bayi yang tidak rela
ketika ASI disalahkan ketika segala sesuatunya telah terlambat.
Pemberian makan pada
masa bayi dan balita ternyata adalah sebuah investasi yang sangat penting.
Pemberian makan bayi dan anak merupakan serangkaian proses yang terdiri atas
makanan, proses makan (behavioral) serta fungsi faal tubuh (fisiologis) yang
terlibat dalam kegiatan anak saat memakan makanannya. Usia anak sejak lahir
hingga 2 tahun merupakan periode kritis bagi tercapainya kualitas pertumbuhan
yang optimal, kesehatan dan perkembangan tingkah laku. Penelitian jangka
panjang menunjukkan bahwa periode 2 tahun ini merupakan puncak
sering terjadinya gangguan pertumbuhan, kekurangan mikronutrien dan
penyakit infeksi yang fatal. Kondisi malnutrisi merupakan penyebab
60% kematian dari 10,9 juta balita setiap tahun. Menurut Martorel et
al (1994), akan sangat sulit untuk memperbaiki gangguan pertumbuhan pada anak
umur 2 tahun jika anak telah mengalami gangguan pertumbuhan hingga menyebabkan
tubuhnya kecil/kerdil (stunting). Oleh sebab itu, makanan yang ibu pilihkan
untuk anak akan menentukan kualitas kecerdasan, kesehatan, reproduksi, bahkan
kehidupan anak hingga kelak dia dewasa
Bayi adalah manusia
kecil yang sedang sibuk bertumbuh. Setelah mengalami penurunan berat lahir
fisiologis hingga 7 – 10% dalam minggu pertama, dia harus segera kembali ke
berat lahirnya dalam waktu 2 minggu. Bayi bertambah 150 – 200 gram/minggu dalam
4 bulan pertama dan 100 – 150 gram/minggu dari umur 4 hingga 6 bulan. Bayi
sebaiknya mencapai 2 kali berat lahir di usia 6 bulan, 3 kali berat lahir di
usia 1 tahun dan 4 kali berat lahir di usia 2 tahun. Pemberian makan yang tepat
membantu bayi untuk tumbuh berkembang dengan baik. Untuk memenuhi kebutuhan
tubuhnya ini, bayi dikaruniai kemampuan makan dalam bentuk gerak refleks
(gerakan yang tidak disadari).
ASI masih bisa memenuhi
semua kebutuhan energi, zat gizi juga cairan pada bayi umur 0 – 6 bulan. MPASI
dini sebelum anak berumur 6 bulan berisiko membuat anak malnutrisi dan
terserang penyakit. Sebelum usia 4 - 6 bulan sistem pencernaan anak belum siap
menerima makanan dan minuman lain selain ASI. Saluran pencernaan yang belum
sempurna akan menjadi risiko munculnya penyakit alergi juga rentan terhadap
serangan infeksi yang lebih besar. Pemberian MPASI dini akan membuat anak
berkurang menyusu sedangkan dia sangat membutuhkan asupan ASI yang cukup,
sehingga MPASI dini TANPA INDIKASI MEDIS tidak disarankan untuk dilakukan.
Bayi lahir sehat cukup
bulan akan memiliki refleks mencari puting (rooting reflex), refleks hisap dan
refleks telan. Saat ada yang menyentuh bibir dan pipinya, bayi akan otomatis
mencari subjek tersebut karena dikira putting. Saat ada yang menyentuh
langit-langit mulutnya, bayi akan otomatis menghisapnya. Saat ada cairan yang
mengisi ke dalam rongga mulutnya, bayi akan otomatis menelannya. Pada usia ini
refleks muntah (gag refleks) dan menjulurkan lidah menolak benda padat yang
memasuki mulutnya masih sangat kuat. Refleks ini dominan dalam rentang usia
bayi 0 – 6 bulan sehingga pada usia ini sebaiknya makanan bayi adalah makanan
cair, yaitu ASI.
ASI merupakan standar
baku emas makanan bayi. ASI adalah satu-satunya makanan bagi bayi berusia 0 – 6
bulan, makanan utama bagi bayi berusia di bawah satu tahun dan makanan yang
penting bagi bayi hingga 2 tahun. ASI mensuplai 100% kebutuhan bayi 0 – 6 bulan.
Pada umur 6 – 12 bulan, ASI mensuplai 70% yang berangsur-angsur menurun menjadi
50% dari keseluruhan kebutuhan asupan bayi. Pada umur 12 – 24 bulan, ASI
mensuplai 30% kebutuhan asupan bayi. Waktu pengenalan makanan lain selain ASI
(MPASI) memiliki efek sangat penting bagi kualitas kesehatan seseorang. Makanan
pendamping ASI merupakan makanan lain selain ASI yang diberikan kepada bayi.
MPASI sebaiknya tidak diberikan terlalu dini, namun juga jangan diberikan
terlalu lambat. Perode pemberian MPASI memungkinkan bayi untuk secara bertahap
memakan makanan keluarga. MPASI ada 2 jenis, yaitu:
1. Makanan khusus MPASI atau yang khusus ibu siapkan hanya bagi bayi,
2. Makanan keluarga yang dimodifikasi sesuai tahap perkembangan
sistema saraf dan oro-motorik bayi sehingga bayi mudah untuk memakannya dan
mendapatkan asupan zat gizi yang dia perlukan.
Seiring bertambahnya
usia, bayi akan membutuhkan makanan lain selain ASI karena tubuhnya yang aktif
dan sedang tumbuh berkembang dengan pesat. Terdapat kekosongan pasokan energi
dan nutrisi yang sudah tidak bisa diperoleh hanya dari ASI. MPASI sebaiknya
dimulai pada saat bayi berumur 6 bulan (180 hari). Alasan kenapa MPASI harus
dimulai pada umur 6 bulan adalah:
1. Kebutuhan nutrisi dan nafsu makan sudah tidak bisa dipenuhi
sepenuhnya hanya dari ASI (dan susu formula bagi bayi yang tidak disusui).
2. Cadangan nutrisi penting seperti zat besi sudah habis terpakai dan
tidak bisa dipenuhi hanya dari ASI lagi.
3. Perkembangan sistema persarafan dan oro-motorik telah mulai
meningkat dari hanya menghisap menjadi menggigit dan bahkan mengunyah.
4. Bayi juga telah mulai tumbuh gigi.
5. Kemampuan bayi mengontrol lidahnya sudah lebih baik. Refleks
menjulurkan lidah menolak objek padat yang memasuki mulutnya telah menghilang
dan bayi telah mulai bisa duduk sendiri sehingga mulai bisa lebih lama
menikmati makanan yang lebih padat.
6. Sistem pencernaan telah berkembang sempurna sehingga telah mampu
mencerna makanan seperti karbohidrat dengan lebih baik.
7. Rasa penasaran akan aneka tekstur dan rasa dari lingkungan
sehingga fase eksplorasi ini sangat berguna saat pengenalan makanan baru.
Jika MPASI diberikan
terlambat (anak lebih dari 6 bulan) risikonya adalah anak akan terganggu
perkembangan oro-motoriknya sehingga akan mengalami kesulitan makan. Selain itu
anak akan menjadi kurang gizi karena ASI sudah tidak bisa mencukupi kebutuhan
energi maupun zat gizi bagi anak umur 6 bulan, baik di Negara maju apalagi di
Negara miskin dan sedang berkembang.
MPASI bayi premature
diberikan pada umur 6 bulan dihitung dari bayi lahir (umur kronologis bukan
umur koreksi) dengan melihat tanda-tanda kesiapan makan pada anak (tidak
disarankan terlalu cepat sebelum 16 minggu atau terlalu lambat di umur 7 – 10
bulan usia koreksi). Diskusikan lebih lanjut saat makan bayi premature dengan
DSA yang menangani anak.
Periode MPASI ini
merupakan waktu kritis yang bisa membuat anak menjadi kurang gizi jika makanan
atau metode makan yang diberikan tidak baik. Pemilihan makanan sebagai MPASI
sejak pertama kali bayi makan sebaiknya:
1. Makanan yang kaya akan energi dan nutrisi (terutama zat besi,
zinc, vitamin A, kalsium, vitamin C dan asam folat)
2. Bersih dan aman
3. Mudah disajikan dari makanan keluarga sehari-hari
4. Tersedia dan terjangkau di lingkungan
5. Sesuaikan makanan dengan tahap perkembangan anak
ASI mengandung kalori
sebanyak 0,7 kcal/mL. Rata-rata bayi ASIX akan meminum ASI dalam jumlah yang
stabil sejak umur 1 – 6 bulan, yaitu sekitar 750 mL/hari (kisaran jumlah
konsumsi ASI sekitar 570 – 900 mL/hari, kalo menurut AAP sekitar 780 mL/hari).
Pada umur 6 bulan bayi memerlukan energi sekitar 615 kcal/hari sedangkan suplai
energi dari ASI sekitar 415 kcal/hari sehingga terjadi kekurangan asupan energi
sekitar 200 kcal/hari. Pada umur 9 –11 bulan terjadi kekurangan asupan energi
sekitar 300 kcal/hari dan pada umur 12 – 23 bulan terjadi kekurangan asupan
energi sekitar 550 kcal/hari.
Kalori dalam makanan
MPASI berkisar antara 0,6 – 1,0 kcal/gram bahan makanan. Bahan makanan
mengandung banyak air dan kemudian dilarutkan hanya mengandung sekitar 0,3
kcal/gram bahan makanan. Oleh sebab itu ibu harus memberikan MPASI yang
mengandung jumlah kalori sekitar 0,8 kcal/gram jadi lebih banyak dari ASI,
sehingga bisa mengisi kekosongan kebutuhan energi bayi. MPASI disarankan
mengandung kalori sekitar 1,07 – 1,46 kcal/gram sehingga bayi akan mengkonsumsi
kurang lebih 137 – 187 gram/hari pada umur 6 – 8 bulan, 206 – 281 gram/hari
pada umur 9 – 11 bulan, dan 378 – 515 gram/hari pada umur 12 – 23 bulan.
Kalori ini bisa ibu
peroleh dari sumber karbohidrat seperti biji-bijian/serealia (beras, jagung,
gandum/oat, sorghum), umbi akar (kentang, ubi, ketela), dan buah dengan
kandungan karbohidrat yang tinggi seperti pisang dan sukun. Untuk semakin
meningkatkan jumlah kalori dalam bubur yang ibu sajikan maka jangan beri
terlalu banyak air dan bisa ditambahkan minyak nabati (minyak kelapa, minyak
sayur, minyak zaitun, dll) atau margarin. Dengan demikian bayi akan lebih mudah
menelan makanan yang diberikan dan kalori MPASI juga lebih tinggi. Jadi MPASI
pertama yang harus ibu berikan adalah sumber karbohidrat sesuai bahan makanan
pokok yang keluarga makan. Jika ibu memilih MPASI yang rendah kalori seperti
buah dan sayur saja, maka bayi akan tetap lapar dan kekosongan energi yang
dibutuhkan tidak akan terpenuhi sehingga bayi akan bertubuh kecil, lambat
tumbuh atau bahkan berhenti tumbuh.
Bayi lahir sehat cukup
bulan dengan berat badan normal membawa cadangan zat besi di tubuhnya, namun
cadangan zat besi ini akan habis setelah bayi berumur 6 bulan. Bayi baru lahir
membutuhkan asupan zat besi sekitar 0,27 mg/hari. ASI mengandung sekitar 0,35
mg/L dan setiap hari bayi meminum sekitar 0,78 L ASI. Meskipun kandungan zat
besi di ASI sedikit, namun 70% diserap dengan baik karena laktosa dan vitamin C
dalam ASI akan membantu penyerapan zat besi. Pada umur 6 bulan kebutuhan zat
besi akan meningkat menjadi 11 mg/hari. Oleh sebab itu ibu harus memilih bahan
makanan yang mengandung banyak zat besi untuk MPASI.
Zat besi bisa ibu
dapatkan dari bahan pangan hewani atau nabati. Kandungan zat besi dalam
sayur-mayur lebih tinggi daripada dari bahan pangan hewani, namun zat besi
dalam sayur-mayur ini lebih sulit diserap oleh tubuh. Hanya 1 – 15% zat besi
dari bahan pangan nabati yang akan diserap tubuh, jika cadangan besi dalam tubuh
makin tinggi maka persentase yang diserap akan makin rendah. Zat
besi dalam bahan pangan hewani berada dalam bentuk heme iron, sedangkan dalam
sayur-mayur berada dalam bentuk non-heme iron. Non-heme iron ini membutuhkan
zat tambahan yang disebut enhancer supaya bisa diserap oleh tubuh. Enhancer
yang dibutuhkan adalah vitamin C dan (kemungkinan) karoten, sedangkan vitamin C
dan karoten ini mudah rusak dalam proses pengolahan makanan.
Selain alasan di atas,
zat besi dari bahan pangan nabati sukar dicerna karena akan dihambat oleh
phytate atau phytic acid (6-fosfoinositol), fosfat, oksalat, tannat,
karbonat dan polifenol yang juga banyak terdapat dalam sayur-mayur. Oleh sebab
itu, segera berikan bahan pangan hewani kaya zat besi seperti hati atau daging
merah dalam MPASI bayi 6 bulan. Jika terlambat akan sangat fatal akibatnya.
Kekurangan zat besi bisa menyebabkan anemia defisiensi besi, juga gangguan lain
sebagai berikut:
- Aktivitas terganggu
- Anak terkena gangguan mental seperti depresi, gangguan bipolar,
anxietas, ADHD, keterlambatan perkembangan hingga retardasi mental
- Terganggu pertumbuhan dan perkembangan otaknya akibat adanya
gangguan dalam proses myelinisasi serabut saraf, metabolism neurotransmitter
juga fungsi otak untuk mengingat. IQ anak bisa tidak setinggi yang seharusnya
bisa dia capai.
- Anak mengalami gangguan keseimbangan dan koordinasi gerak tubuh
sehingga perkembangan menjadi terlambat
- Terganggu interaksi sosial
- Rentan sakit infeksi akibat gangguan kerja system kekebalan
tubuhnya
- Kehilangan nafsu makan dan sulit menelan makanan. Terjadi atrofi
papilla lidah/taste bud yang bertugas untuk merasakan rasa makanan sehingga
nafsu makan menjadi buruk. Saluran pencernaan juga mengalami kerusakan sel
sehingga kerja mekanik maupun enzimatik menjadi terganggu.
- Gangguan jantung dan pembuluh darah: insufisiensi pembuluh darah
coroner hingga iskemi miokardiak yang ditunjukkan dengan gejala anak mudah
lelah, nafas pendek, dan terdengar suara bising-sistolik.
Jadi, akan menjadi
masalah besar jika ibu menunda pemberian bahan pangan protein hewani kaya zat
besi hingga beberapa bulan lamanya. Segera berikan protein hewani dalam MPASI
anak. Heme iron dalam protein hewani akan diserap dengan mudah serta tidak
bergantung pada keberadaan enhancer. Penyerapan heme iron ini lebih efektif
dari non-heme iron, yaitu sekitar 15 – 40%, semakin sedikit cadangan besi akan
semakin besar yang diserap. Penyerapan heme iron dan non-heme iron tidak saling
mempengaruhi, sehingga pemberian daging dalam jumlah sedikit akan mengimbangi
asupan zat besi dari sayuran yang juga ibu sajikan dalam MPASI anak.
Dalam pemberian MPASI
harus diperhatikan:
1. Frekuensi pemberian makan
Pada awal MPASI di umur
6 bulan, frekuensi MPASI diberikan 2 kali.
Pada umur 6 – 9 bulan,
frekuensi MPASI diberikan 3 kali. Berikan snack seperti biskuit atau buah
matang 1 – 2 kali sehari.
Pada umur 9 – 11 bulan,
frekuensi MPASI diberikan 4 kali sehari. Berikan snack 1 – 2 kali sehari.
Pada umur 12 – 24 bulan,
frekuensi makan diberikan 5 kali sehari dan juga snack tambahan.
2. Jumlah makanan yang diberikan
Frekuensi makan dan
jumlah makanan yang diberikan menyesuaikan dengan kapasitas lambung bayi dan
rata-rata kandungan kalori pada MPASI yang sekitar 0,8 kcal/gram. Ukuran
lambung bayi masih kecil yah. Bayi yang baru lahir ukuran lambungnya hanya
sebesar kelereng, umur 3 hari bertambah sebesar bola bekel dan umur 1 minggu
bertambah menjadi sebesar bola pingpong. Nah, ukuran ini berangsur-angsur akan
membesar seukuran bola tenis pada bayi umur 6 – 12 bulan. Menurut penelitian,
kapasitas lambung bayi itu sekitar 30 gram makanan/kg BB-nya.
Pada awal MPASI di umur
6 bulan jumlah makanan yang diberikan sekitar 2 – 3 sendok makan.
Pada umur 6 – 9 bulan,
jumlah makanan dinaikkan bertahap dari 2 sendok makan menjadi ½ cangkir (125
mL).
Pada umur 9 – 11 bulan,
jumlah makanan dinaikkan bertahap hingga ½ cangkir
Pada umur 12 – 24 bulan,
jumlah makanan dinaikkan bertahap dari ¾ cangkir menjadi 1 cangkir penuh
(ukuran cangkir 250 mL).
Kita –terpaksa-
memberikan makanan dalam jumlah sedikit, namun dengan PR harus bisa memenuhi
kekosongan energi dan zat gizi yang serius. Jadi, jenis menu dan metode MPASI
yang kita pilih haruslah tepat.
3. Tekstur makanan
Pada umur 6 bulan
tekstur yang diberikan adalah makanan lumat (bubur saring, pure atau makanan
yang ditumbuk/dihaluskan). Pastikan tekstur tidak terlalu cair, jadi gunakan
sedikit saja air. Jadi tekstur bubur cair, tapi jika sendok dimiringkan bubur
tidak tumpah.
Pada umur 8 bulan bayi
sudah bisa dikenalkan dengan makanan finger food.
Pada umur 9 – 11 bulan
tekstur makanan dinaikkan menjadi makanan lembek (nasi tim, bubur tanpa
disaring, makanan dicincang halus atau irisan makanan-lunak).
Pada umur 12 bulan bayi
sudah bisa memakan makanan meja: makanan yang dicincang kasar, diiris atau
dipegang tangan.
Tekstur makanan ini
disesuaikan dengan perkembangan sistema persarafan dan oro-motorik bayi. Di
atas sudah disampaikan tentang kekosongan suplai energi dan zat gizi juga
ukuran lambung yang kecil. Sehingga kita hanya bisa memberikan makanan dalam
jumlah sedikit namun frekuensi sering, juga sebaiknya yang mudah dicerna.
Proses pencernaan makanan ada dua tahap, yaitu pencernaan mekanik oleh kegiatan
oro-motorik gigi-geligi dan pencernaan kimiawi oleh reaksi enzimatik enzim
pemecah makanan. Reaksi enzimatik akan sempurna jika luas permukaan sentuh
antar-partikel makin efisien, sehingga ukuran partikel bahan makanan yang
tertelan sebaiknya sudah kecil.
Bayi umur 5 bulan baru
belajar menggerakkan sendi rahangnya dan makin kuat refleks hisapnya. Bayi umur
7 bulan bisa membersihkan sendok menggunakan bibirnya. Bayi saat ini bisa
menggerakkan sendi rahang naik-turun juga gigi masih sedikit pun biasanya baru
punya gigi seri yang bertugas memotong bukan menggilas makanan, sehingga proses
mengunyah dan hasil partikel kunyahan masih kasar. Mulai umur 8
bulan bayi telah mampu menggerakkan lidah ke samping dan mendorong makanan ke
gigi-geliginya, makin stabil menjaga keseimbangan dan memegang sehingga dia
sudah bisa menerima makanan finger food.
Umur 10 bulan merupakan
waktu kritis bayi diharapkan sudah bisa memakan makanan semi-padat (“lumpy”
solid food) sehingga mulai kenalkan makanan lembek tanpa saring di umur 9
bulan. Jika terlambat menaikkan tekstur makanan maka anak akan semakin sulit
memakan makanan yang lebih padat. Umur 12 bulan sendi rahang bayi telah stabil
dan mampu melakukan gerakan rotasi sehingga sudah bisa lebih canggih dalam
mengunyah makanan kasar. Pada saat ini bayi telah siap memakan makanan meja
sesuai yang dimakan oleh keluarga.
Jika bayi dipaksa makan
makanan padat terlalu dini, risiko tersedak sangat besar. Selain itu bayi
membutuhkan lebih banyak waktu untuk memanipulasi makanan dan mengunyahnya
hingga menjadi partikel yang lebih kecil untuk ditelan. Akibatnya bayi akan
memakan jumlah makanan yang lebih sedikit sehingga asupan makanannya kurang dan
kekosongan kebutuhan tubuhnya akan tetap kosong.
Jika ibu ingin bayi
mendapatkan manfaat yang optimal dari makanan yang dia makan maka sebaiknya ibu
pilih menu sesuai dengan tahap perkembangan bayi ya.
4. Varietas jenis bahan makanan
Pada masa awal MPASI
berikan 1 jenis makanan terlebih dahulu, kemudian tambahkan 1 jenis makanan
lain setiap minggu (kalau AAP setelah beberapa hari percobaan, penelitian lain
menyarankan tiap 2 – 4 hari tambah setiap bahan baru). Dalam pengenalan bahan
baru disarankan memulai dengan dosis sekitar 1 – 2 sendok teh. Lebih disarankan
lagi diberikan sebagai “rasa tunggal”, namun ada beberapa bayi yang menyukai
saat dicampur.
Makanan pertama -yang
buat saya monumental, haha- prioritaskan memilih sumber karbohidrat (bubur
serealia seperti bubur beras, bubur jagung, kentang tumbuk, pisang kerok,
sukun) dan segerakan memberikan bahan pangan sumber zat besi hewani.
Tambahkan minyak atau
margarin setengah hingga satu sendok teh ke dalam bubur bayi untuk meningkatkan
kandungan energi serta supaya makanan licin dan mudah ditelan bayi. Ibu bisa
menggunakan minyak apapun yang tersedia di rumah selama minyaknya masih bersih
dan bagus bukan minyak bekas menggoreng. Boleh juga menambahkan parutan makanan
yang sudah digoreng ke dalam MPASI.
Hindari makanan dan
minuman manis seperti teh, soda, atau biskuit manis. Jangan memberikan makanan
yang keras dan berpotensi untuk tersedak. Makan ala diet vegetarian yaitu buah
sayur serta bahan pangan nabati lain -sudah dibuktikan dari serangkaian
penelitian para ahli- tidak bisa memenuhi kekosongan zat gizi yang diperlukan
bayi (alasannya sudah saya jelaskan di atas), KECUALI ibu juga memberikan bayi
suplementasi dan produk makanan yang telah difortifikasi. Apalagi jika pilihan
MPASI ibu hanya buah dan sayuran yang boleh dimakan bayi, tentu bayi akan
rentan mengalami kekurangan energi, kecuali jumlah makanan yang diberikan
sangat banyak dengan risiko bayi sembelit karena makan melebihi kapasitas
pencernaannya (ingat bahwa bayi membutuhkan lebih banyak makanan jika kandungan
kalorinya makin sedikit).
Pada umur 6 bulan,
sistem pencernaan bayi, termasuk pancreas telah berkembang dengan baik sehingga
bayi telah mampu mengolah, mencerna serta menyerap protein, lemak dan
karbohidrat dari bahan makanan lain selain ASI dan susu formula.
Pada umur 6 bulan,
ginjal bayi telah berkembang dengan baik sehingga mampu mengeluarkan produk
sisa metabolisme termasuk dari bahan pangan tinggi protein seperti daging.
Jadi, bukan menjadi alasan menunda pemberian daging merah, ikan dan telur.
Susu sapi dan hewan lain
belum boleh menjadi minuman utama bagi bayi di bawah 12 bulan karena terkait
dengan risiko perdarahan di saluran cerna serta menghambat penyerapan zat besi.
Namun, ibu bisa menggunakan produk susu seperti keju, yoghurt, dan lainnya
sebagai campuran dalam MPASI jika bayi tidak sensitif dan alergi. Madu baru
diberikan pada anak di atas umur 12 bulan terkait risiko botulisme akibat
adanya Clostridium botulinum yang mencemari madu.
Terkait ketakutan akan
adanya alergi sebenarnya tidak ada pantangan makanan bagi bayi. Untuk bayi yang
terlahir dari keluarga yang sangat kuat dan jelas riwayat alerginya, AAP
merekomendasikan menunda pemberian susu sapi hingga usia anak 1 tahun, telur
hingga usia anak 2 tahun dan kacang tanah, kacang-kacangan, dan ikan hingga anak
3 tahun (AAP, 1998). Namun demikian, penelitian yang membuktikan adanya manfaat
penundaan atau pembatasan makanan dalam MPASI belum ada (Halken dan Host, 2001)
sehingga para ahli internasional tidak merekomendasikan pembatasan diet pada
MPASI anak (WHO/IAACI, 2000). Kejadian alergi makanan terjadi pada sekitar 2 –
8% anak berumur kurang dari 3 tahun, tandanya biasanya langsung muncul dalam
beberapa jam setelah anak makan. Gejala yang mungkin timbul antara lain gejala
saluran pencernaan (diare, muntah, sakit perut), gejala saluran pernafasan
(batuk, mengi, infeksi telinga), gejala di kulit (bercak merah atau gatal) dan
gejala sistemik (syok anafilaksis hingga BB anak susah naik bahkan gagal
tumbuh).
Berikan air putih yang
bersih dan sudah dimasak sebanyak kurang lebih 4 – 8 oz (120 – 240 mL) per
hari. Air putih berguna sebagai suplai cairan juga untuk mencegah sembelit.
Bagaimana dengan gula
dan garam? Jreng jreeenggg… semua sumber yang saya baca tidak merekomendasikan
makanan manis, asin dan berbumbu tajam. Tapi dalam “booklet pemberian makan”
dari Unicef boleh ditambahkan sedikit garam beryodium dan dalam buku “MPASI
rumahan bagi bayi” dari WHO boleh ditambahkan sedikit gula. Saya pribadi
menyarankan jika bayi mau lahap makan tanpa gula dan garam tentu akan lebih
baik. Biarkan bayi rekreasi rasa alami makanan. Masalahnya beberapa kasus akan
berakhir dengan bayi malas makan dan lebih memilih menyusu karena rasa MPASI
"hambar" sedangkan ASI ibu kaya rasa, hasilnya bayi jadi kurus. Jika
bayi susah makan karena rasa MPASI rumahan yang hambar semua dikembalikan ke
ibu apakah mau menambahkan SEDIKIT gula-garam sebagai perasa alami atau mencari
solusi yang lain. Ibu bisa menggantinya gula garam dengan keju, margarin,
mentega atau ASIP. Jangan sedih kalau bayi anda tidak mau makan bubur yang
ditambah ASIP -normal jika ada bayi yang gak suka saat ASIP dicampur
ke bubur- daripada bersedih mending segera mencari variasi menu baru.
Pengenalan bumbu sesuai tradisi makan di keluarga ibu bisa dikenalkan secara
bertahap dengan melihat respons tubuh bayi, apalagi Indonesia adalah Negara
yang kaya rasa, aroma dan warna *tsaah*. Bayi telah mengenal makanan meja di
keluarga ibu sejak dia lahir dari ASI ibu, sehingga biasanya selera bayi akan
mirip dengan selera ibu.
(Pesan moral: jadi busui
jangan picky eater kalau gak mau anak picky eater :D).
5. Pemberian makan dengan cara aktif/responsive
MPASI bukan hanya
sekedar makanan namun juga cara makan, kapan waktu makan, tempat makan, dan
faktor pemberi makanan sehingga dalam MPASI juga diperhatikan faktor
psikososial anak.
· Suapi bayi dan perhatikan anak yang lebih besar serta beri bantuan
bila dia membutuhkan. Beri anak makanan dengan sabar dan penuh perhatian,
dorong anak untuk mau makan namun jangan paksa anak untuk makan.
· Jika anak menolak makan, coba ganti kombinasi makanan, rasa,
tekstur dan metode makan.
· Minimalisasi gangguan saat anak makan jika anak tipe yang mudah
teralihkan perhatiannya.
· Waktu makan adalah saatnya anak untuk belajar dan waktu keluarga
mencurah cinta dan saling berkomunikasi sehingga ajak anak untuk mengobrol
dengan kontak mata yang penuh kehangatan.
Jarang ada penelitian
tentang anak yang dibiarkan makan sendiri tanpa bantuan sejak dini. Namun,
metode pemberian makan secara responsif terbukti membuat anak makan lebih
banyak. Berikan anak makanan dalam piring tersendiri sehingga ibu bisa mengukur
banyaknya makanan yang dimakan anak. Beri makan dengan alat makan sesuai
perkembangan umur anak serta budaya setempat, ada beberapa kebudayaan yang
memberikan sendok yang lebih kecil bagi bayi. Bayi yang lebih besar akan
tertarik untuk makan sendiri, berikan dia sendok untuk berpartisipasi
menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sambil dibantu oleh ibu.
Pemberian makan active
responsive ini kita tidak memaksa bayi untuk makan, kita ikuti kemauan bayi dan
kita libatkan dia secara aktif untuk berpartisipasi saat makan.
Pemberian ASI pada saat MPASI masih seperti pada saat masa ASI eksklusif yaitu sesering dan selama yang anak inginkan. Pada umur 6 – 12 bulan disarankan untuk menyusui terlebih dahulu sebelum memberikan makanan lain. Namun teknis pelaksanaannya dikembalikan kepada kenyamanan ibu dan anak. Jangan takut anak menyusu akan membuat anak malas makan. Menyusu semau bayi pada masa-masa ini akan tetap membuatnya masih lapar karena ASI sangat berbeda dari susu formula dan sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan nafsu makan juga energi bagi bayi.
Pemberian ASI pada saat MPASI masih seperti pada saat masa ASI eksklusif yaitu sesering dan selama yang anak inginkan. Pada umur 6 – 12 bulan disarankan untuk menyusui terlebih dahulu sebelum memberikan makanan lain. Namun teknis pelaksanaannya dikembalikan kepada kenyamanan ibu dan anak. Jangan takut anak menyusu akan membuat anak malas makan. Menyusu semau bayi pada masa-masa ini akan tetap membuatnya masih lapar karena ASI sangat berbeda dari susu formula dan sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan nafsu makan juga energi bagi bayi.
Keuntungan masih
menyusui semau bayi pada masa MPASI antara lain:
- Bayi akan terlindungi dari reaksi peradangan dan infeksi karena
ada sel-sel darah putih, antibodi, antiradang dan aktivator sel darah putih di
dalam ASI.
- Epidermal growth factor di dalam ASI akan membantu perkembangan
sel-sel usus juga papilla lidah/taste bud bayi. Papilla lidah yang sehat akan
membuat anak mudah merasakan rasa makanan sehingga nafsu makannya menjadi baik.
Pencernaan yang berkembang sempurna membantu bayi makin efektif mencerna
makanan.
- Terdapat enzim percerna karbohidrat, lemak dan protein di dalam
ASI sehingga proses pencernaan zat gizi dalam makanan akan semakin efisien.
6. Higienitas
Pada masa-masa ini bayi
sangat rentan terkena diare sehingga ibu harus memastikan kebersihan makanan,
air, alat makan, proses memasak dan tangan (pemberi makan maupun bayi). Cuci
tangan ibu dan bayi dengan air serta sabun saat mau memasak, mau makan dan
setelah dari toilet (sabun biasa, tidak perlu sabun antibakteri). Disarankan
menggunakan peralatan makan yang mudah dibersihkan seperti cangkir, mangkok dan
sendok, bukan botol-sendok, dot atau pipet. Makanan bayi bisa disimpan di
kulkas dalam rentang yang tidak terlalu lama (misal ibu bekerja menyiapkan
makanan untuk 1 hari, jangan 3 hari apalagi 1 minggu yah, dudududuu..). Masak
dengan benar hingga makanan matang. Bubur bayi yang tidak disimpan di kulkas
sebaiknya segera digunakan dalam waktu 2 jam. Pastikan makanan mentah yang
dimakan bayi bersih dan aman. Pisahkan makanan mentah dan matang.
Cara memasak bubur
lumat:
1 sendok nasi + 2 sendok
air panaskan menggunakan panci kecil dg api sedang hingga bahan tercampur jadi
lembek lalu saring dengan saringan kawat. Boleh dengan bumbu seperti duo bawang
geprek dan daun salam. Air boleh diganti kaldu.
Tambahkan lauk hewani
dan nabati, juga sayur sesuai tekstur tahap perkembangan anak.
Tambahkan minyak atau
margarin atau mentega.
Cara memasak bubur
lembek sama seperti di atas tapi tidak perlu disaring.
Contoh MPASI untuk anak
umur 1 tahun:
Pagi 3 sendok nasi + 1
sendok olahan kacang-kacangan (misal tempe) + ½ butir jeruk
Siang 3 sendok nasi + 1
sendok ikan + 1 sendok sayuran hijau
Sore/malam 3 sendok nasi
+ 1 sendok hati ayam + 1 sendok sayuran hijau
Untuk menu sesuaikan
saja dengan masakan yang ibu masak dengan tekstur dan jumlah menyesuaikan tahap
perkembangan anak. Boleh sih pakai blender, food processor atau yang lainnya,
tapi kalo buat tipe ibu malas nyupir (nyuci piring) macam saya akhirnya jadi
males banget. Sebenarnya pemberian MPASI itu tidak sulit ya, namun jika salah
pilih akan sangat merugikan bayi. Bayi akan rentan sakit, lambat tumbuh bahkan
berhenti tumbuh. Ciri ada sesuatu yang salah di MPASI ya berat badan anak susah
naik, grafik pertambahan berat badan jelek dan anak sering banget sakit.
Padahal anak ASI -sudah dibuktikan dari penelitian jangka panjang- seharusnya
tumbuh berkembang dengan baik, aktif dan sehat.
Jika ragu bisa ibu
diskusikan dengan dokter anak yang pro-ASI. Kita sama-sama belajar yah :) Bahan
bacaan yang saya gunakan ini bisa di download tinggal ketikkan keyword di
gugel. Selamat membaca dan semoga ilmunya barokah, aamiin.
Sumber:
Nelson Essentials of
Pediatrics.
http://
m.ajcn.nutrition.org/content/78/3/633S.long
Infant and Young Child
Feeding: Model Chapter of Textbooks for medical students and allied health
professionals. WHO. 2009
Guiding Principles For
Complementary Feeding of The Breastfed Children. WHO. 2001.
Key Messages Booklet. The
Community Infant and Young Child Feeding Counselling Package. Unicef.
Complementary Feeding:
Family Food For Breastfed Children. WHO. 2000.
Complementary Feeding of
Young Children in Developing Countries: a review of current scientific
knowledge. WHO. 1998.
First Food For Premature
Baby. Aucland Distric Health Board. 2004.
Complementary Food.
National Agricultural Library – USDA.
Terimakasih telah berkunjung ke blog saya. Silahkan tinggalkan jejak teman-teman dengan cara berkomentar pada postingan ini.
-Berkomentaralah dengan sopan dan bijak sesuai isi konten.
-Dilarang menyisipkan iklan, Sara dan sebagainya.
Terimakasih
NurIcca.net ConversionConversion EmoticonEmoticon